You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Bajera
Bajera

Kec. Selemadeg, Kab. TABANAN, Provinsi Bali

Selamat Datang di Website Resmi Desa Bajera Pada laman ini memuat mengenai informasi seputar Desa Bajera dan Layanan Mandiri untuk warga Desa Bajera

Sejarah Desa Bajera

Administrator 12 Desember 2022 Dibaca 153 Kali

Dalam Prasasti Brahmana Manuaba yang diabadikan di Geria Bajing ( Daerah Gianyar ) menyebutkan ada seorang putri keluarga Geria Bajing bernama Dayu Putu Ler , kisah dari Geria,” Kajenengang Bagawanta oleh Seri Arya Ngurah Bajera Sika, kang andiri punang Negara Bajera, alungguh ring Bajera Sika “. Bunyi prasasti tersebut, membuktikan bahwa di Bajera pernah berdiri sebuah kerajaan kecil , yang didirikan oleh I Gusti Ngurah Sika dengan gelar Seri Arya Ngurah Bajera Sika, karena berkedudukan di Bajera, dengan Bagawanta Ida Ayu Putu Ler, yang bergelar Ida Pedanda Istri Bajera Sika .

Dari mana asalnya I Gusti Ngurah Sika tersebut ?. Menurut babad Mengwi, dahulu kala ketika rakyat Kaba – Kaba diserahkan oleh Raja Kaba – Kaba, kepada I Gusti Agung Ngurah Made Agung, Kang Amaceki kerajaan Semarapura ( Mengwi ) yang bergelar Bima Sakti Angawa Gada, maka rakyat maupun bangsawan Kaba – Kaba, banyak yang lari ( minggat ) dari Kaba – Kaba, menuju daerah kerajaan lain, sama halnya dengan rakyat dan keluarga Ki Pasek Badak, sama lari dari Desa Buduk, untuk mencari pemukiman di daerah lain karena merasa tidak tenteram ( takut ) di bawah kekuasaan Mengwi .

Berkaitan dengan ucapan tersebut, besar kemungkinan bahwa I Gusti Ngurah Sika berasal dari kekeluargaan Puri Kaba – Kaba, yang lari ( minggat ) dari Puri, kemudian bertahan di Bajera, dengan julukan I Gusti Ngurah Bajera Sika, di Bajera Sika, karena merasa tidak puas dengan penyerahan rakyat Kaba – Kaba ke Mengwi yang semata – mata menuruti kehendak para istri ( Pararabi ). Desa Bajera yang sekarang, dahulu disebut Bajera Danda dengan lahirnya kerajaan Bajera Sika tersebut secara diam – diam di daerah kekuasaan Kerajaan Tabanan , maka sudah sewajarnya Ida Batara Cokorda Tabanan menjadi amat marah, lalu memerintahkan kepada Ki Pasek Wanagiri, agar Ki Pasek menyerang ( memusnahkan ) Kerajaan kecil itu.

Terjadilah perang Bajera melawan Wanagiri. Menurut cerita, perang tersebut cukup sengit banyak korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak. Dan yang menjadi medan Pertempuran adalah Setra Desa Berembeng, yang kemudian disebut seman gerobakan karena banyak darah yang mengalir di atasnya. Hari mulai malam, perang harus berhenti, I Gusti Ngurah Sika mengambil siasat, dengan mengosongkan Bajera Sika , diwaktu malam ia lari masuk hutan, keesokan harinya saat perang akan dimulai, Wanagiri memenuhi Bajera Sika dalam keadaan kosong, maka secara gigih sambil bersorak – sorak Wanagiri melakukan perampasan atas segala yang ada dan berguna baginya, dan selesai merampas, lalu beramai – ramai membakar semua rumah dan bangunan lain sampai bersih, sehingga tak satupun ada bangunan yang tersisa melainkan semuanya menjadi puing – puing. 

I Gusti Ngurah Sika dalam perjalanannya masuk hutan, sampailah di suatu tempat yang berbau harum, disanalah Beliau berhenti dan membangun perkemahan yang disebut Pakuum Aruman, yang kemudian disebut Auman sampai sekarang. Setelah berputera tiga orang laki – laki ( I Gusti Ngurah Lengkan, I Gusti Ngurah Sura, I Gusti Ngurah Berata ) maka I Gusti Ngurah Sika wafat. I Gusti Ngurah Lengkan kemudian menikah dengan seorang putri asal Kalapaksa ( Buleleng ) sementara I Gusti Ngurah Lengkan duduk bersuami istri, lalu meninggal dunia dalam pada itu, I Gusti Ngurah Sura jatuh cinta kepada iparnya ( janda I Gusti Ngurah Lengkan ) tetapi cintanya itu tidak diterima, I Gusti Ngurah Sura berusaha untuk mengawini secara paksa, tetapi sial Sang Janda terdapat membunuh diri. Peristiwa itu tidak dapat baik oleh keluarga sang janda, akhirnya timbul perang kelompok melawan Auman . Auman terdesak, Ngurah Sura dan Ngurah Berata lari dan diikuti oleh rakyat yang sitya menuju arah pantai, akhirnya tiba di pantai sebelah barat Tukad Balean. 

Disanalah maksud mereka membuat pakuuman, karena tanahnya kelihatan datar baik untuk perumahan selanjutnya tetapi sial karena baru beberapa hari saja tinggal diam, semuanya tertimpa sakit panas dingin, menggigil,. Segera tempat itu ditinggalkan menuju arah Timur Laut dan sampai asal Bengkel. Tempatnya yang dulu sampai sekarang disebut Suraberata mungkin karena bekas tempat Ngurah Sura dan Ngurah Barata. Tidak lama kemudian I Gusti Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata meninggalkan tempat tersebut karena ternyata tidak baik untuk pemukiman adapun para pengikut I Gusti Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata semuanya tinggal disitu hanya dianugerahi dua buah keris sebagai penjaga keselamatan, selanjutnya para pengiring itu menetap disitu dan membuat perkampungan di sebut Desa Banjar Bengkel dan dibangun pula persembahyangan yang disebut Pura Piling. 

I Gusti Ngurah Sura dan I Gusti Ngurah Barata melanjutkan perjalanannya menuju arah ketimur dan dengan tidak tersangka – sangka tiba muncullah di Bajera tidak antara lama di dengar kabar bahwa tempat itu adalah tempat leluhurnya yang dahulu ditimpa kemalangan. Timbullah kegelisahan pada I Gusti Ngurah Sura maupun I Gusti Ngurah Barata selanjutnya tak ada kepastian mengenai keturunan I Gusti Ngurah Sura maupun I Gusti Ngurah Barata hanya dikenal orang sebagai orang pengelingsir di Bajera bernama I Gusti Ngurah Jimbaran dan di serampingan bernama I Gusti Ngurah Auman. Karena I Gusti Ngurah Auman menjadi Balean ( dukun ) maka oleh Raja Tabanan ia dijadikan Balean Puri. Setiap ada Keluarga Raja yang sungkan, ia harus ada di Puri menjaganya / menolongnya. Sebagai imbalan, I Gusti Ngurah Auman diserahi rakyat 20 KK, sebagai pembantu untuk mengurus rumah tangga . Disamping itu juga Raja meruntuhkan sabda ( sot ) segala kesalahan I Gusti Ngurah Auman terhadap Puri ia tidak dikenakan hukum mati ( pejah pancing ) turun temurun. Tetapi mulai saat itu ia tidak boleh memakai nama I Gusti Ngurah sekeluarga hanya diperkenalkan memakai Si Gede Auman ( I Gusti Gede Auman ).

Setelah I Gusti Gede Auman beranak 3 orang ( 2 laki – laki dan seorang perempuan ) I Gusti Gede Auman lalu meninggal. Anak pertama bernama I Gusti Gede Mutera juga melaksanakan Balean ( dukun ) ialah yang menggantikan kewajiban ayahnya menjadi Balean Puri . Tidak beberapa lama melakukan kewajiban di Puri lalu kena fitnah, dikatakan berdosa besar anungkal kori barak ( berdosa sejeroning bangsa ) harus dihukum mati. Keputusan Raja ia agar dibunuh tetapi sebelum melakukan hukum ada keluarga ( kuasa ) Puri Oka memperingatkan pada Raja bahwa ada sot kepada I Gusti Ngurah Auman tidak akan menjatuhkan hukuman mati ( pejah pancing ) kepadanya turun temurun, adapun orang yang bernama I Gusti Gede Mutera yang di kenakan hukuman mati adalah anak kandung I Gusti Gede Auman. Dengan peringatan itu I Gusti Gede Mutera tidak jadi dihukum bunuh, melainkan. Di paba ( diselong ) ke Ubud selama 6 bulan ( 1 Galungan ). Mendekat jatuhnya Kerajaan Tabanan ke tangan Penjajah Belanda ia baru pulang ke Serampingan.

Keadaan selanjutnya sesuai dengan perkembangan zaman maka Desa Bajera yang sekarang, ada berasal dari:

  • Mengwi (Badung )
  • Tabanan (Tabanan )
  • Wanagiri (Wanagiri)
  • Gelgel (Klungkung)
  • Tengah Kori (Klungkung)
  • Tangkas ( Klungkung )
  • Berahmana ( Gianyar )
  • Karangasem ( Karangasem )
  • Madura ( Jawa Timur )

Dan semenjak zaman penjajahan Belanda di Indonesia maka terjadilah perubahan sistem Pemerintahan yaitu pada Pemerintahan Dinas dan Desa Adat masih tetap diakui. Agar tidak mempersulit jalannya Pemerintahan maka Desa Bajera di bagi menjadi 12 Wilayah Banjar Dinas yaitu:

  • Banjar Dinas Cibukan
  • Banjar Dinas Taman Yoga
  • Banjar Dinas Menungul
  • Banjar Dinas Munduk
  • Banjar Dinas Lenganan
  • Banjar Dinas Kebon
  • Banjar Dinas Bajera Kaja
  • Banjar Dinas Bajera Tengah
  • Banjar Dinas Bajera Kelod
  • Banjar Dinas Bajera Jero
  • Banjar Dinas Bajera Sari
  • Banjar Dinas Saraswati

Pada Tahun 2008 Desa Bajera mekar menjadi 2 yaitu, Desa Bajera dan Desa Bajera Utara pada tanggal 27 Maret 2008 dengan keluarnya Keputusan Bupati Tabanan Nomor 78 Tahun 2008 Tentang Penetapan Desa Persiapan Bajera Utara menjadi Desa Difinitif maka ada perubahan terhadap luas wilayah Desa Bajera menjadi 90.508 Ha dan perubahan terhadap Jumlah Banjar Dinas menjadi 6 (enam) Banjar Dinas Yaitu:

  1. Banjar Dinas Bajera Kaja
  2. Banjar Dinas Bajera Tengah
  3. Banjar Dinas Bajera Kelod
  4. Banjar Dinas Bajera Jero
  5. Banjar Dinas Bajera Sari
  6. Banjar Dinas Saraswati

Dan Desa Pakraman yang ada di wilayah Desa Bajera sekarang menjadi 1 (satu) Desa Pakraman yaitu Desa Pakraman Bajera.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBD 2025 Pelaksanaan

APBD 2025 Pendapatan

APBD 2025 Pembelanjaan